Beranda
Public Speaking
Mengatasi Demam Panggung Saat Public Speaking

Mengatasi Demam Panggung Saat Public Speaking

Ada beberapa cara yang dapat kita lakukan dalam memanfaatkan kecemasan menjadi sebuah keuntungan buat kita.

a. Berpikir positif. Bicaralah pada diri sendiri secara positif, misalnya dengan mengatakan:

“Saya pasti bisa menyampaikannya dengan baik.” “Ini adalah kesempatan bagi saya untuk menyampaikan pesan atau ide pada orang lain.” “Grogi adalah hal yang wajar, saya pasti bisa mengatasinya dengan baik.” “Saya punya topik yang menarik dan saya sudah lakukan persiapan yang sempurna, pasti publik senang mendengarkannya.” “Publik pasti akan tertarik dengan apa yang akan saya sampaikan.” “Publik pasti orang yang menyenangkan, kalau mereka bertanya pasti mereka ingin tahu lebih jauh tentang apa yang saya sampaikan bukan untuk menyudutkan atau apalagi menguji saya.”

Saat muncul satu pikiran negatif di kepala kita, cari beberapa pikiran positif untuk melawannya sehingga pikiran negatif itu akan kalah.

b. Lakukan persiapan yang baik. Persiapan yang baik membuat kita bisa menyampaikan presentasi lebih baik. Jangan pernah hanya memiliki bahan apa adanya dan berbicara tanpa menguasai apa yang disampaikan. Kita dapat menggunakan formula 5W+1H dalam persiapan:

1) Who is my public? Siapa dan berapa orang publik yang akan berbicara dengan saya atau yang akan hadir? Pemahaman akan publik akan mempermudah kita dalam menyiapkan materi. Seperti yang akan dibahas dalam modul selanjutnya di buku ini, memahami publik akan menentukan gaya bahasa yang kita gunakan, cara menyampaikan pesan yang kita lakukan, contoh-contoh yang kita berikan, bahkan cara berbusana kita saat PS.

2) What is my topic about? Apa yang akan saya sampaikan? Tidak hanya mempelajari isi presentasi yang kita berikan, pelajari juga halhal yang berhubungan dengan materi untuk menambah wawasan. Pengetahuan akan banyak hal tentang topik membuat kita menjadi lebih percaya diri, membuat kita lebih yakin saat memberikan contoh atau menjawab pertanyaan publik. Kita bahkan dapat mengulang pesan dengan kalimat yang berbeda bila kita melihat tatapan bertanya atau kebingungan di wajah publik saat kita menyampaikan presentasi kita.

3) Why should I talk about it? Mengetahui alasan mengapa topik harus disampaikan/dibicarakan. Jangan berhenti di satu kali pertanyaan „mengapa‟, usahakan gali lebih dalam alasan mengapa kita berbicara agar menemukan inti permasalahannya. Dengan demikian kita dapat lebih menjiwai apa yang hendak kita sampaikan. Kekhawatiran akan pertanyaan-pertanyaan yang mungkin diajukan publik juga akan berkurang karena kita telah memikirkan kemungkinan munculnya pertanyaan tersebut. Misalnya: Mengapa saya mempresentasikan produk ini? Agar konsumen mengetahui produk perusahaan. Mengapa mereka harus mengetahui produk saya? Agar konsumen mengetahui kelebihan produk perusahaan dibandingkan dengan produk pesaing. Mengapa mereka harus tahu kelebihan produk perusahaan? Agar mereka beralih ke produk yang ditawarkan. Mengapa mereka harus beralih ke produk perusahaan? Agar produk perusahaan banyak terjual dan perusahaan memperoleh laba, dan seterusnya.

4) When? Kapan saya bicara dan berapa banyak waktu yang saya miliki? Dengan mengetahui kapan kita bicara, kita dapat menyiapkan segala sesuatu sebelum waktunya. Selain itu, Anda punya waktu untuk latihan. Mengetahui jumlah waktu yang diberikan untuk berbicara juga penting agar kita dapat menyampaikan pesan secara efektif dalam batas waktu yang diberikan. Bila kita memiliki materi yang membutuhkan waktu 20 menit untuk presentasi padahal kita hanya memiliki 5 menit, kita berisiko akan tidak dapat memberikan pesan secara utuh dan memberikan kesimpulan yang mengesankan publik.

5) Where? Di mana saya bicara? Bicara di lingkungan tempat kita sudah biasa berada tentunya lebih nyaman dibandingkan dengan bicara di tempat yang baru pertama kali kita kunjungi. Ketahui di mana dan bagaimana suasana serta pengaturan ruang tempat kita bicara. Dengan mengetahui tempat terlebih dahulu, setidaknya membuat kita menjadi lebih tenang. Bila kita diminta berbicara di tempat yang belum kita ketahui letaknya, sebaiknya cari tahu cara menuju tempat tersebut hingga kita bisa sampai ke lokasi public speaking tepat pada waktunya. Di kota besar seperti Jakarta atau Surabaya, kemacetan lalu lintas sudah menjadi pemandangan seharihari hingga kita perlu menghitung lebih seksama waktu yang dibutuhkan menuju lokasi serta jalan tercepat menuju tempat tersebut.
[feedposts text="Baca Juga"/]
6) Terakhir, How? Bagaimana membuat presentasi/pidato saya menarik? Dengan mempertimbangkan hal-hal di atas, kita dapat melakukan riset dan mengumpulkan informasi yang dapat mendukung presentasi dan pengetahuan kita tentang materi. Setelah itu, kita dapat mengatur susunan penyampaian yang menarik dan mudah dimengerti publik. Gunakan alat bantu visual yang diperlukan guna mendukung presentasi secara keseluruhan dan berikan contoh-contoh dan ilustrasi yang menarik membuat presentasi kita lebih mudah dimengerti. Misalnya saja, kita dapat memasukkan cuplikan film atau foto yang dapat memperkuat narasi kita akan sebuah hal. Kita juga dapat memasukkan gambar atau tabel untuk memperkuat statistik yang kita sampaikan.
{next}
Visualisasi erat kaitannya dengan kepercayaan diri karena seperti menciptakan kekuatan mental yang menggambarkan diri kita sendiri ‟sebagaimana yang kita inginkan‟. Bayangkan diri kita berada di atas panggung atau di podium, menatap semua publik yang hadir, menggunakan gerak tubuh dan ekspresi yang tepat, berbicara dengan suara yang jelas. Rasakan kepercayaan diri kita terus bertambah dan kita dapat menyelesaikan pembicaraan dengan sangat baik. Pada waktu kita menciptakan citra diri dipikiran, usahakan realistik tetapi tetap fokus pada hal-hal yang positif. Sama seperti kita latihan secara fisik setiap kali sebelum melakukan presentasi, latihan mental ini juga harus dilakukan berulang kali.

Ketahuilah bahwa grogi tidak terlihat, Banyak pembicara cemas apa yang dirasakannya terlihat oleh publik, lalu berusaha menutupinya. Sulit sekali bagi kita untuk bicara dengan tenang dan baik bila kita merasa tidak nyaman. Jangan khawatir, orang yang sudah sering tampil di muka umum pun masih merasakan demam panggung.  Bila sebelum bicara kebetulan kita bersalaman dengan seseorang dan tangan kita terasa sangat dingin atau berkeringat, lalu orang tersebut menanyakan apakah kita gugup, akui saja, katakan dengan tersenyum “Ya, saya merasa demam panggung”. Menutupi rasa demam panggung dengan berbohong hanya menambah beban dan tidak menyelesaikan masalah. Sering kali pengakuan ini akan membuat orang semakin menyukai kita, merasa simpati melihat usaha yang kita lakukan walaupun kita demam panggung.

Salah satu kesalahan orang pada waktu melakukan presentasi, berpidato atau berbicara adalah mereka menganggapnya sebagai suatu tampilan bukan sebagai seni dalam berkomunikasi. Sekali kita berpikir bahwa apa yang kita lakukan adalah sebuah seni maka dapat disampaikan dengan cara kita dan akan terdengar indah. Kesalahan kecil yang mungkin terjadi adalah manusiawi

Jangan bandingkan diri dengan orang lain Membandingkan diri dengan orang lain dan berusaha meniru gayanya, terutama orang yang sudah punya jam terbang PS tinggi, hanya akan memberi beban mental tambahan

Tidak ada komentar